Tuesday, May 7, 2019

PEMBUATAN TEMPE GEMBUS BERBAHAN DASAR AMPAS TAHU KACANG KEDELAI (Glycine max (L) Merril)


DASAR BIOTEKNOLOGI
PEMBUATAN TEMPE GEMBUS BERBAHAN DASAR AMPAS TAHU KACANG KEDELAI (Glycine max (L) Merril)


                    Disusun oleh :

             Daniati Barus                                      (160402019)
             Ica Veronika Maha                             (160402013)
             Lili Tasha Bela                                   (150402015)
             Ninta Sabrina Br Tarigan                    (160402023)
             Suganda                                              (160402025)


                Dosen Pengampu :

                   Ekariana S. Pandia, S.Si., M.Pd


 












PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SAMUDRA

2019

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kedelai adalah salah satu komoditi pangan utama Indonesia setelah padi. Konsumsi kedelai pada tahun 2009 mencapai 2,3 juta ton per tahun. Dari jumlah ini, 50% dikonsumsi berupa tempe, 40% berupa tahu  dan 10% berupa produk kedelai lainnya seperti minyak kedelai (Ekasari, 2009). Di samping itu, konsumsi masyarakat yang tinggi terhadap kedelai berupa tempe dan tahu menyebabkan banyak pabrik-pabrik tempe  dan tahu didirikan di Indonesia. Pada pabrik pembuatan tahu, dalam pembuatannya menghasilkan hasil samping berupa limbah pabrik tahu. Limbah pabrik tahu terdiri dari ampas tahu yang berkisar antara 25-67% produksi (http://cisaruafarm. com/bahan-baku- pakan/ampas-tahu/).
Menurut data Biro Pusat Statistik, pada tahun 1990 ampas tahu yang diperoleh sebagai hasil samping proses pembuatan tahu adalah sebanyak 13.057 ton, (Jenie dkk.,  1994) sedangkan pada  tahun 1999 adalah sebanyak 731.501 ton (Tarmidi, 2003). Terjadi peningkatan sebesar 700.000 ton dalam jangka waktu 9 tahun. Ampas tahu merupakan limbah padat sisa pengolahan kedelai menjadi tahu. Ampas tahu juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar tempe karena kandungan gizinya yang masih tinggi. Direktorat Gizi Departeman Kesehatan RI (1979) dalam buku Astawan (2009), ampas tahu mengandung protein 26,6 gram  per  100  gram.
Tempe  merupakan  hasil  bioteknologi  khas  dari  Indonesia  dengan bahan dasar kacang-kacangan. Tempe secara umum dibuat dari bahan dasar kacang kedelai yang difermentasi dengan jenis kapang Rhizopus sp. Kandungan protein dalam tempe kedelai merupakan alternatif sumber protein nabati, yang kini semakain populer dalam gaya hidup manusia modern (Santoso, 1993).Tempe  dari  ampas  tahu  ini  disebut  sebagai  tempe gembus.  Tempe  gembus  dipasarkadalam  harga  yang  rendah,  hal  ini mungkin dikarenakan tempe gembus merupakan hasil dari pengolahan limbah yang masih dianggap kualitasnya yang rendah.
Proses pembuatan tempe selain membutuhkan bahan baku, juga dibutuhkan ragi tempe untuk proses fermentasinya. Ragi tempe juga dikenal sebagai laru atau usar merupakan kumpulan spora kapang yang digunakan untuk bahan pembibitan dalam pembuatan tempe. Mikroba yang sering dijumpai pada laru tempe adalah kapang jenis  Rhizopus oligosporus atau kapang dari jenis Rhizopus oryzae (Suprihatin, 2010).

1.2. Rumusan Masalah
      1.      Bagaimana  cara pembuatan tempe gembus berbahan dasar ampas tahu kacang kedelai (Glycine max (L) Merril)?
      2.       Berapa keuntungan yang diperoleh pada tempe gembus berbahan dasar ampas tahu kacang kedelai (Glycine max (L) Merril) dengan berat 1 kilogram?
1.3. Tujuan
      1.       Mengetahui cara pembuatan tempe gembus berbahan dasar ampas tahu kacang kedelai (Glycine max (L) Merril
      2.       Mengetahui keuntungan yang diperoleh pada tempe gembus berbahan dasar ampas tahu kacang kedelai (Glycine max (L) Merril) dengan berat 1 kilogram





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Morfologi dan kandungan gizi kedelai (Glycine max (L) Merril)
Kedelai merupakan tanaman semusim, berupa semak rendah, tumbuh tegak,  berdaun  lebat  dengan  beragam  morfologi.  Tinggi tanaman   berkisar   10-20 cm, dapat bercabang sedikit atau banyak tergantung  kultivar  dan  lingkungan  hidup.  Kultivar  berdaun  lebar dapat   memberikan   hasi bij yan lebih  tinggi   karena  mampu menyerap sinar matahari yang lebih banyak jika dibandingkan dengan kultivar berdaun sempit.


Taksonomi dari Glycine max (L) Merril adalah sebagai berikut (Lamina, 1989):
Ordo            : Polypetales
Famili         : Leguminoceae
Sub Famili  : Papilionodeae
Genus          : Glycine
Sub Genus  : Soja
Spesies        : Glycine max (L) Merril
Wolf dan Cowan (1971) mengungkapkan bahwa komposisi kimia kedelai tergantung pada varietas, kesuburan tanah dan  kondisi ikli (Ariani, 1997). Suprapto (1993) dalam Nurkhayati (2002) menyebutkan bahwa kedelai mengandung asam-asam amino penting, yaitu isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan dan valin. Liu (1997) menyebutkan bahwa kedelai mengandung fosfolipid, vitamin, mineral, inhibitor tripsin, asam fitat, oligosakarida dan isoflavon.
Komposisi kimia rata-rata kedelai utuh dalam bentuk biji kering tiap 100 gram ditunjukkan pada Tabel 1 (Direktorat Gizi DEPKES RI, 1972).
Tabel 1. Komposisi Kimia Rata-rata Kedelai Utuh tiap 100 gram
Komposisi Kimia
Kadar (gram)
Protein *)
34,9
Lemak
18,1
Karbohidrat
34,8
Kalsium
22,7 x 10-2
Phosphor
              58,5 x 10-2
Besi
80,0 x 10-4
Air
75,0 x 10-4
Vitamin B1
11,0 x 10-4
Vitamin A
11,0 x 101
*) Kadar protein dihitung berdasarkan N total

2.2. Ampas Tahu
Pembuatan susu kedelai dan tahu di dalam pabrik menghasilkan sejumlah besar residu (ampas) sebagai limbah produksi dan pembuangannya dapat menyebabkan masalah lingkungan yang besar. Ampas tahu biasanya digunakan untuk pakan ternak, karena masih mengandung protein dan berasal dari kedelai yang telah dimasak. Selain itu ampas tahu juga dimanfaatkan sebagai bahan pembersih lantai dan bahan baku pembuat tempe gembus (tempe dengan bahan dasar ampas tahu), tempe bongkrek (tempe dengan bahan dasar ampas tahu dan ampas kelapa) dan oncom (semacam tempe yang dibuat dari ampas tahu dan bungkil kacang tanah) (Marnani, 2002). Ampas tahu dalam keadaan basah dan kering mempunyai kandungan protein yang relatif sama yaitu 29,00% dan 27,98% bahan kering (Prabowo, 1983)



2.3. Tempe Gembus
Di   Indonesia, hasil   fermentasi   kedelai   ata kacang-kacangan   oleh Rhizopus sp. disebut tempe. Oleh karena itu nama tempe tergantung dari bahan yang digunakan. Tempe dari kedelai disebut tempe sedangkan yang terbuat dari ampas  tahu,  kacang  tolo,  kacang  benguk,  dan  ampas  kelapa  masing-masing disebut tempe gembus, tempe tolo, tempe benguk dan tempe bongkrek (Sarwono, 2000).
Tempe gembus ialah tempe yang terbuat dari ampas tahu. Nama ini tidak menggambarkan bahan asalnya. Nama gembus menggambarkan keadaan fisik/tekstur bahan dasar dan tekstur tempe yang dihasilkan, berasal dari bahasa Jawa yang menggambarkan sesuatu yang lunak tetapi mempunyai bentuk tetap. Seperti diketahui, tahu  diproduksi dari sari kedelai. Sari kedelai ini diekstrak dengan air dari kedelai yang telah digiling secara basah lalu disaring dan diperas. Ampas  sisa saringan  dan  perasan  inilah  yang  digunakan  sebagai  bahan  dasar tempe gembus. Bahan tersebut masih kaya akan minyak, sehingga memiliki rasa yang gurih. Dari sudut nilai gizi, tempe gembus hampir tidak menyumbang apa- apa yang penting (Kasmidjo, 1990). Gandjar dan Slamet (1972) melaporkan bahwa tempe gembus bebas dari senyawa-seyawa racun.
Triyono, Pujamulyani dan Sutardi (2002) menyebutkan bahwa tempe gembus mengandung banyak protein terlarut. Protein terlarut merupakan protein yang  mudah  diserap  usus.  Kandungan  protein  terlarut  tempe  gembus  sebesar 39,39% dari total proteinnya (Nurkhayati, 2002).




BAB III
METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada pembuatan tempe gembus yaitu :
      1.      Kedelai 1 Kg 
      2.      Air
     3.      Ragi tempe secukupnya
     4.      Dandang
     5.      Plastik
     6.      Lilin
     7.      Blender

3.2. Prosedur Kerja
Adapun cara pembuatan pembuatan tempe gembus yaitu :
  1. Plih kedelai yang bersih dan besar ukurannya, kemudian cuci sampai bersih. 
  2. Rendam kedelai dalam air bersih selama 8 jam, Usahakan seluruh kedelai tenggelam. Dalam proses perendaman ini kedelai akan mengembang. 
  3. Bersihkan kembali kedelai dengan cara dicuci berkali kali. Usahakan kedelai ini sebersih mungkin untuk menghindari kedelai cepat masam. 
  4. Hancurkan kedelai dengan blender tambahkan air sedikit-demi sedikit sehingga kedelainya berbentuk bubur. 
  5. Masak bubur kedelai dengan hati-hati pada suhu 70-80 derajat (biasanya ditandai dengan gelembung kecil yang muncul pada kedelai yang dimasak). Ingat untuk menjaga agar kedelai jangan sampai mengental. 
  6. Saring bubur kedelai tersebut bersama batu tahu atau asam cukup, sambil diaduk secara perlahan.
            7.    Pisahkan ampas tahu dari sari kacang yang telah dperas. Kemudian kukus kembali dengan air              yang mendidih selama 30-40 menit pada api sedang.
            8.    Angkat dan dinginkan. Setelah dingin taburkan ragi 2 sendok di permukaan ampas tahu    
                 kemudian aduk merata hingga keseluruh bagian ampas tahu.
           9.      Siapkan plastik dan lilin untuk tempat fermentasi tempe gembus nanti.
          10.    Masukkan ampas tahu secukupnya ke dalam plastik kemudian tutup dengan membakar ujung 
                 plastik.   
1        11.  Tusuk-tusuk menggunakan jarum di permukaan plastik. Kemudian lakukan secara berulang- 
                ulang hingga ampas tahu habis.
          12.  Tunggu sekitar 2-3 hari setelah kembang dan jadi dapat diolah menjadi makanan sesuia selera.





BAB IV
BIAYA DAN RENCANA KEUNTUNGAN
4.1. Biaya Produksi
No.
Nama bahan
Kuantitas
Harga
1
Kedelai
1 kg
9.000
2
Minyak tanah
1 liter
5.000
3
Ragi
1 bks
3.000
4
Plastic
10 pcs
2.000
5
Lilin
1 pcs
1.000
Jumlah
20.000

4.2. Rencana Keuntungan
Jumlah biaya produksi sebesar           : Rp 20.000
Jumlah hasil produksi sebanyak         : 12 bungkus
Harga tempe perbungkus                    : Rp 3.000
jumlah yang didapatkan = harga tempe perbungkus x jumlah seluruh produk
                                           =   3.000 x 12
= Rp 36.000
Total keuntungan =  jumlah yang didapat – biaya produksi
                               =  36.000 – 20.000
                               =  Rp 16.000
Jadi keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 16.000



DAFTAR PUSTAKA

Ekasari, Y., 2009, Pengaruh Lama Fermentasi Rhizopus      Oligosporus    Terhadap    Kadar Oligosakarida dan Sifat Sensorik Tepung Tempe Kedelai,    Laporan    Tugas    Akhir, Program Studi S1 gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Jenie, B.S.L., Ridawati, dan Rahayu, W.P., 1994, Produksi Angkak oleh Monascus purpureus dalam              Medium    Limbah    Cair    Tapioka, Ampas Tapioka, dan Ampas Tahu, Buletin Teknologi dan Industri Pangan, Vol. V no.3.
Tarmidi, A.R., 2003, Penggunaan Ampas Tahu dan Pengaruhnya pada Pakan Ruminansia, Laporan Penelitian, Universitas Padjajaran, Bandung




Lampiran.
Dokumentasi Tahap Pembuatan Tempe Gembus


                                               Gambar 2. Proses Pembuatan Tempe Gembus



No comments:

Post a Comment

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN PENGUKURAN FAKTOR FISIK 1.    Waktu dan Tempat Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum adala...